Indonesia dianugerahi dengan kekayaan rempah-rempahnya hingga diminati pasar global. Hal tersebut menjadi peluang usaha salah satu perempuan asal Mojokerto, Jawa Timur bernama Libri Annisa.
Berawal dari keresahannya, siapa sangka bisnis rempah-rempah yang dijalaninya bisa terbang lintas benua. Mulanya, Annis, sapaan akrabnya, merasa resah lantaran bumbu rempah, seperti lada masih tersisa banyak usai digunakan untuk memasak. Selain itu, kemasan saset tidak bisa mempertahankan aroma bumbu rempah-rempah.
Untuk itu, dia menginisiasi pembuatan bumbu rempah-rempah kemasan saset dengan harga terjangkau. Dia menyebut bumbu-bumbu rempah miliknya dijual dengan harga Rp 500 per sachet.
“Kalau abis penggunaan masih ada sisa, aromanya bisa hilang, kalau penyimpanannya kurang bagus. Nah melihat peluang market juga. Waktu itu belum ada main di harga Rp 500-an. Rata-rata harganya Rp 1000-an. Kita coba main di harga Rp 500 karena bisa jadi market-nya lebih banyak, kebutuhannya juga pas sesuai dengan sekali masak,” katanya kepada detikcom, Rabu (31/7/2024) kemarin.
Bumbu Rempah RI Laku hingga Australia, Wanita Ini Raup Omzet Ratusan Juta Foto: Dok. Pribadi
Bisnis yang dibangun sejak 2017 ternyata tidak terdampak Covid-19, justru bumbu rempah-rempah laku keras di pasaran. Produk yang paling laku, seperti jahe, kunyit, hingga lada. Namun, usai semua kembali normal, penjualannya juga ikut seperti sebelum pandemi. Dia bilang, konsumen memang masih membeli, tapi frekuensinya tidak sesering saat pandemi covid-19.
Lebih lanjut, Annis berujar belakangan ini bisnis yang dijalaninya tengah menghadapi tantangan. Menurutnya, saat ini harga komoditas bahan baku yang disuplai dari petani mengalami kenaikan. Hal tersebut membuat dirinya mau tidak mau juga menaikkan harga jual.
Meski begitu, untuk kemasan saset, dia masih mempertahankan dengan harga Rp 500. Adapun menyiasatinya dengan mengurangi berat bersih.
“Jadi, kami terutama yang main di kemasan kecil, seperti botol pasti harus menyesuaikan harga lagi dan harus menerima konsumen yang mungkin agak protes harganya naik. Kalau yang sachet itu harga-nya tetap di Rp 500 tapi gramasinya yang berubah,” jelasnya.
Namun, kenaikan harga bahan baku tidak menghentikan langkah Annisa. Siapa sangka produk dengan merek ‘Labuna Nusantara’ dapat terbang ke negara-negara lain, seperti Malaysia, Makau, Hongkong, hingga Australia.
Bahkan Annisa rutin ekspor bumbu rempah-rempah ke Makau dan Hong Kong tiap bulannya. Dalam sebulan, Annisa bisa mengeluarkan 1 kuintal per varian produk.
“Sudah pernah ekspor, sudah sampai Makau, Hong Kong, Malaysia dan Australia, permintaannya dalam bentuk kemasan boks atau kiloan. Australia pernah dua kali, Makau dan Hong Kong rutin satu bulan. Kalau, Makau Hong Kong paling banyak kunyit. Kalau Malaysia rata semuanya, lada, kunyit, dan lain-lain. Australia mintanya lada dan pala,” imbuhnya.
Dari bisnisnya ini, dia berhasil meraup omzet sekitar Rp 500 juta per bulan. Ke depan ada beberapa produk yang bertambah. Saat ini, dia masih dalam tahap riset dan pengembangan. Dia pun masih membidik negara lain untuk tujuan ekspor, seperti Jerman dan Belanda. Pasalnya, dia melihat potensi bahwa pasar rempah-rempah diminati global.
Saat ini, Labuna Nusantara mempunyai tiga varian produk dengan berbagai kemasan. Adapun varian produknya, seperti kunyit bubuk, lada bubuk, dan ketumbar bubuk. Produk bumbu rempahnya mulai dijual dari harga Rp 500-28.000.
sumber: https://finance.detik.com/solusiukm/d-7468968/bumbu-rempah-ri-laku-hingga-australia-wanita-ini-raup-omzet-ratusan-juta.